Fitri Hutagaol

Rabu, 19 Desember 2012

Belajar Dari Bocah Si Penjual Tape

Belajar Dari Bocah Si Penjual Tape

Teringatku pada seorang bocah lelaki kecil yang berusaha menyambung hidup dengan berdagang tape. Tanpa rasa malu, bocah yang berkisar usia 11 atau 12 tahun itu pun berkeliling2 menjajahkan tape dagangannya kepada setiap orang yang dijumpainya. Bahkan ia juga menawarkan barangnya tersebut ke sebuah universitas dimana tempat aku menuntut ilmu. Ketika itu, aku sedang duduk sendirian di sebuah ruangan fakultas ekonomi yang berada di belakang patung pendiri kampusku tersebut, yakni sekretariat organisasi kami. Saat itu, teman-temanku sedang mengikuti matakuliahnya, sehingga aku sendirian di ruangan tersebut. Tiba-tiba datang seorang anak lelaki dan ia pun mengetuk pintu sambil menawarkan barang dagangannya kepadaku, "kak beli tape nya kak" ucap anak itu sambil mengangkat 2 keranjang berisi tape-tape. Namun karena ketika itu tidak ada temanku dan aku sedang tidak ingin makan tape, aku pun menolak tawaran anak tersebut. Tetapi ia tetap berusaha membujukku agar mau membeli tapenya. " kak, beli lah tapenya kak, 1 aja pun jadi kak" ucap anak itu lagi sambil memelas agar aku mau membeli tap tersebut. Akan tetapi, aku juga tetap bertahan menolak tawarannya, sehingga ia pun pergi meninggalkanku dan berusaha mencari pembeli lain. Melihat anak itu yang berjalan mengangkat beban yang ada di tangannya, tiba-tiba hatiku terdetak, kenapa aku tidak mau membeli tape tersebut? kenapa aku tidak mau menghargai usahanya? setidaknya dengan membeli tape itu aku kan bisa membantu dia? hatiku tergugah melihat usaha anak tersebut yang tanpa malu bekerja menjual tape,padahal anak seusia dia wajarnya mendapatkan hak-haknya untuk menikmati masa kecilnya. Dengan cepat aku pun keluar dari pintu dan berteriak memanggil anak itu. Ia pun menoleh ke belakang dan mendatangiku. Akhirnya aku pun membeli tape anak itu dan wajanya pun sedikit cerah. Dari hal itu aku belajar bersyukur karena walaupun kehidupanku bisa dikatakan pas-pasan, aku tidak mengalami hal sepahit anak itu, dan dari itu aku belajar untuk menghargai, membantu, menolong, tidak ku bayangkan ketika aku yang menjadi anak itu, ataupun keluargaku yang mengalami hal seperti itu. Siapa yang tau? jadi syukurilah apa yang diberikan tuhan sekecil apapun itu.



Belajar Dari Bocah Si Penjual Tape

Teringatku pada seorang bocah lelaki kecil yang berusaha menyambung hidup dengan berdagang tape. Tanpa rasa malu, bocah yang berkisar usia 11 atau 12 tahun itu pun berkeliling2 menjajahkan tape dagangannya kepada setiap orang yang dijumpainya. Bahkan ia juga menawarkan barangnya tersebut ke sebuah universitas dimana tempat aku menuntut ilmu. Ketika itu, aku sedang duduk sendirian di sebuah ruangan fakultas ekonomi yang berada di belakang patung pendiri kampusku tersebut, yakni sekretariat organisasi kami. Saat itu, teman-temanku sedang mengikuti matakuliahnya, sehingga aku sendirian di ruangan tersebut. Tiba-tiba datang seorang anak lelaki dan ia pun mengetuk pintu sambil menawarkan barang dagangannya kepadaku, "kak beli tape nya kak" ucap anak itu sambil mengangkat 2 keranjang berisi tape-tape. Namun karena ketika itu tidak ada temanku dan aku sedang tidak ingin makan tape, aku pun menolak tawaran anak tersebut. Tetapi ia tetap berusaha membujukku agar mau membeli tapenya. " kak, beli lah tapenya kak, 1 aja pun jadi kak" ucap anak itu lagi sambil memelas agar aku mau membeli tap tersebut. Akan tetapi, aku juga tetap bertahan menolak tawarannya, sehingga ia pun pergi meninggalkanku dan berusaha mencari pembeli lain. Melihat anak itu yang berjalan mengangkat beban yang ada di tangannya, tiba-tiba hatiku terdetak, kenapa aku tidak mau membeli tape tersebut? kenapa aku tidak mau menghargai usahanya? setidaknya dengan membeli tape itu aku kan bisa membantu dia? hatiku tergugah melihat usaha anak tersebut yang tanpa malu bekerja menjual tape,padahal anak seusia dia wajarnya mendapatkan hak-haknya untuk menikmati masa kecilnya. Dengan cepat aku pun keluar dari pintu dan berteriak memanggil anak itu. Ia pun menoleh ke belakang dan mendatangiku. Akhirnya aku pun membeli tape anak itu dan wajanya pun sedikit cerah. Dari hal itu aku belajar bersyukur karena walaupun kehidupanku bisa dikatakan pas-pasan, aku tidak mengalami hal sepahit anak itu, dan dari itu aku belajar untuk menghargai, membantu, menolong, tidak ku bayangkan ketika aku yang menjadi anak itu, ataupun keluargaku yang mengalami hal seperti itu. Siapa yang tau? jadi syukurilah apa yang diberikan tuhan sekecil apapun itu.
apa jadinya